Cita-cita itu memang selalu lebih terjal dari yang terlihat. Ya, semua cita-cita. Sehingga mereka yang berani bercita-cita sebenarnya berani untuk menjalani hidup yang lebih terjal, lebih lika-liku, lebih sepi, lebih mudah diolok-olok orang lain. Jadi apa dan bagaimana seharusnya hidup kita? Orang yang mencoba menempuh cita-citanya, dipastikan masa mudanya yang tidak mudah. Jauh dari hingar bingar kehebohan dunia. Namun menjelang habis usia mudanya, dia akan mendapati beberapa kesuksesan yang mengantarnya pada gerbang cita-citanya. Indahnya lagi, dimasa tua, dia tidak akan pernah menyesal menjalani hidup.
Hal ini lain dengan mereka yang tidak mau berupaya memperjuangkan cita-citanya. Ya, mau bagaimana lagi, tidak semua orang mau berjuang. Banyak yang menyerah begitu saja terhadap hidup yang dijalani. Sehingga di masa tua mereka, ada tatapan kekesalan karena semasa muda hanya mementingkan hidup hingar bingar semata. Tidak memperjuangkan cita-cita. Mereka berpendapat, hidup muda senang-senang, tua pun juga senang-senang. Sehingga di masa tua mereka tampak senang-senang namun kehilangan makna kesenangan yang sejati. Yaitu menikmati cita-cita dimasa tua.
Tidak semua cia-cita itu mewah, berhias perhiasan, puja-puji atau tahta. Karena cita-cita sebenarnya adalah cara hidup kita untuk menjadi sesuatu yang bermanfaat di masyarakat. Sehingga tidak semua cita-cita itu mewah, karena tetap ada cita-cita sederhana yang luhur, penuh pahala, dan sepi jarang diinginkan oleh orang banyak. Ya, cita-cita itu jalan yang sepi. Coba lihat saja teman-temanmu. Dipastikan ada lebih dari 2 orang, hingga 10 orang yang bekerja di pekerjaan sejenis seperti pabrik atau kantoran. Tapi jika ditanya dengan jujur, apakah itu cita-cita mereka? Tentu mereka menjawab tidak. Ya, tidak setiap orang berani mengejar cita-cita karena jalan yang sepi itu dipastikan sendiri.
Semoga dirimu tetap kuat menghadapi cita-cita ya, untuk diraih, dinikmati susah-susahnya dimasa muda, dan untuk dinikmati hasil jerih payahnya di masa tua.